Sementara ibu dan bapaknya sangat berharap sekali kepada dia, karena menurut cerita yang saya dengar anak ini adalah harapan satu-satunya keluarga, dia anak cowok satu-satunya. Yang tak pernah saya sangka sampai saat ini adalah, orang tuanya sangat percaya kepada saya, bahwa 'katanya' saya bisa membimbing Agil. Padahal sempat saya utarakan bahwa saya sudah tidak bisa lagi untuk membimbing anaknya karena sifat pemalu dan pendiamnya. Tapi mereka terus memberi saya semangat dan pernah suatu saat Ibunya bilang "Jika Pak Rosyid bisa membuat Mas Agil kerasan dipondok dan bisa jadi anak yang minimal bisa mengabdi dan mendapatkan ilmu yang barokah, kami angkat Pak Rosyid menjadi anak kami yang pertama, ini nadzar kami pak".
Wah... Saya jadi bingung sendiri dengan keadaan ini. Kalau seandainya saja, Agil bisa seperti 'anak-anak' saya yang lain, tidak perlu nadzar begitu-pun yang pasti saya tidak akan pernah mundur, karena memang sudah tugas saya sebagai pengurus sekolah untuk ikut membimbing semua santri.
Pemalu dan pendiamnya itu lho, yang sering membuat bingung. Dengan cara apa saya membimbingnya? Lebih-lebih seperti kemaren saat dia sakit. Saya sampai harus bolak-balik kekamarnya untuk memantau kesehatannya. Satu yang harus diketahui bahwa, Agil tidak akan menemui saya, jika tidak saya dulu yang menemuinya. Dalam keadaan yang sangat terpaksa-pun dia masih begitu. Padahal saya sudah berusaha sebisa mungkin agar dia tidak malu kepada saya dengan saya berbicara menggunakan bahasa yang mudah difahami dan seringkali saya selipkan canda dalam obrolan kita.
Ya Allah.. saya benar-benar merasa sudah menjadi seorang bapak yang dihadapkan dengan sebuah masalah, dimana anaknya sedang sakit, sementara ibunya sedang tidak dirumah. Membawanya kedokter, menyuapi makan, memaksanya untuk mengatakan sakit apa yang dideritanya.. dan banyak lagi lainnya yang itu saya jalani hanya bermodal nurani saja.
Huft...
Untunglah, saya masih punya banyak teman yang sudah lebih dulu berpengalaman dalam hal ini, jadi saya bisa banyak belajar dari mereka.
Ketika saat berinternetan-pun sesekali saya sempatkan untuk membaca tentang kehidupan anak-anak. Mulai dari 'cara mengatasi anak pemalu dan pendiam', 'cara mendidik anak', 'memanjakan atau disiplin dalam mendidik anak', dan keyword lain yang berkaitan dengan kehidupan anak-anak.. Dan ini hanya terjadi saat saya memiliki 'anak' Agil, karena memang sebelumnya 'anak-anak' saya tidak memiliki sikap dan sifat seperti Agil.
Kadang, ketika mengingat peristiwa itu, saya hanya bisa senyum sendiri,. Ternyata saya sudah pantas menjadi bapak. Hehehe
Yang dapat saya ambil dari peristiwa ini adalah, tidak ada ilmu khusus yang saya miliki dalam bidang mendidik anak, tapi saya masih bisa menjalaninya dengan dua modal yaitu berani dan nurani. :)
Mudah juga untuk menjadi bapak, pikir saya..
**Gambar asli dari Google, dengan sedikit polesan Photoshop.
Menjadi orang tua itu terus belajar otodidak ya karena tidak ada sekolahnya
BalasHapusIya bunda.. Seperti saya sekarang. Semoga akan ada hasilnya yang bermanfaat.. :)
Hapussemua anak anak membawa karakter sendiri sendiri orang tua yang mengarahkannya
BalasHapusYa, tapi saya bukan orang tuanya, hanya pengurus kamarnya, dan berharap dianggap menjadi saudaranya.. :)
HapusUsia Agil brp, mas? Saya dulu waktu masih baru di pondok juga sangat pendiam. Namun semuanya berubah saat negara api, eh, saat kenal teman yg bisa membuat saya tertawa terpingkal-pingkal.
BalasHapusJd tambahan saran dr saya, coba bt dia merasa nyaman dg salah satu santri lain (yg supel). Mudah2an hal itu bs menular kpdnya.
Usianya 13 tahun mbak..
HapusSudah saya lakukan, alhamdulillah sapai saat ini dia sudah mulai banyak punya teman..
Amin...
Terimakasih mbak.. :)
semangat kang, semoga aqil lekas bisa memahami kondisi lingkunggannya dan tidak pemalu lagi,,
BalasHapusAmin...
HapusTerimakasih.. :)
mengatasi masalah anak sering kali kita harus memahami karakter anak terlebih dahulu. Pengalaman saya seprti itu :)
BalasHapusSaya juga sudah sedikit banyak mengetahui karakter 'anak' saya ini.. :)
Hapus'Aqil anak saya, 11 tahun, juga pemalu. Alhamdulillah para aminya di ma'had sangat luar biasa. Sehingga dapat membimbing menjadi hafidz yang istiqomah.
BalasHapusSemoga saya bisa jadi seperti 'ami'-nya 'Aqil juga mas.. :)
HapusAmin..
Wuiiih sampai begitu nadzarnyaaa
BalasHapusIya mbak..
HapusTapi tanpa nadzar itu, saya tetap akan menjadi 'bapak'-nya.. :)
pemalu dan pendiam beberapa tahun lalu saya identik dengan 2 sifat ini -,-
BalasHapususia Agil berapa mas? anakku dulu juga pemaluu dan pendiem banget. sering2 dibawa ketempat ramai mas, misalnya di kenalkan dengan teman2 baru, dampingi saja dulu, nanti kalau sudah mulai akrab bisa ditinggal. pokoknya sering2 dipancing aja dan yang penting jangan maksa, jangan menghakimi. sabar dan telaten aja insyaallah kalau sudah semakin besar bisa berkurang pemalunya :)
BalasHapus