Menjadi wali kelas tanpa pengalaman sebelumnya memang menjadi tantangan sendiri bagi saya, terlebih dengan jumlah siswa 29 orang yang beberapa diantaranya naik bersyarat. Sejak awal-awal KBM dimulai, banyak masalah yang telah saya hadapi bersama 29 anak 'bukan kandung bukan tiri' ini.
Namun karena sejak mendapat SK wali kelas sudah saya niatkan untuk belajar, ternyata sampai saat ini saya belum megalami masalah yang cukup kompleks. Beberapa masalah masih bisa saya selesaikan seperti mengatasi anak yang jarang masuk sekolah karena sakit, ketiduran, tidak megerjakan tugas dan lainnya.
Tiga kali memanggil wali murid, alhamdulillah semuanya lancar meski akhirnya terpaksa satu anak harus mutasi keluar karena tidak kerasan di pesantren. Satu anak melalui pembinaan BK dan satu anak lagi pembinaan BK disertai pemantauan kepala sekolah. Lumayan sibuk memang, selain itu juga membutuhkan fikiran dan tenaga tambahan, namun di luar semua itu ada banyak manfaat yang bisa saya dapatkan dari tugas baru ini. Yang paling terasa manfaatnya adalah belajar untuk mendidik anak sendiri dan berkomunikasi secara baik dan benar kepada wali murid dengan latar belakang yang beragam.
Nah, setelah KBM berjalan sudah satu triwulan dan berdasarkan pengalaman pribadi, menjadi wali kelas itu mudah-mudah sulit 😀. Ya, mudah karena banyak manfaat, sulit karena membutuhkan fikiran dan tenaga ekstra. Tapi berikut ini saya punya tips sederhana bagaimana menjadi wali kelas yang baik, paling tidak baik dimata anak-anak.
1. Terapkan Perjanjian dan Kesepakatan Belajar di Awal
Bersama siswa, perjanjian dan kesepakatan belajar saya beri nama kontrak belajar dan saya sampaikan di awal ketika penentuan ketua kelas, pembagaian jadwal pelajaran, jadwal piket dan kelompok belajar.
Kontrak belajar menjadi penting disampaikan di awal karena siswa bisa memahami hak dan keajibannya sejak dini selama di sekolah, khususnya di kelas. Kontrak belajar dibuat semenarik mungkin, bisa dikemas sendiri bersama siswa.
Sepengalaman saya, saya membuat kesepakatan diluar tata tertib sekolah. Namun, kesepakatan ini adalah demi kebaikan bersama. Seperti, kami sepakat jika siswa tidak masuk sekolah tanpa keterangan selama 2 hari berturut-turut, maka saya akan menyampaikannya kepada orang tua lewat telepon. Pun begitu ketika siswa izin pulang atau sakit lebih dari 3 hari, saya akan mengkonfirmasi hal ini kepada wali murid. Pada hari pertama di kelas, kami banyak mengambil kesepakatan-kesepakatan yang kemudian saya catat dalam Buku Catatan Wali Kelas.
Buku Catatan Wali Kelas ini bisa Anda dapatkan di tulisan saya selanjutnya, Ini Dia Dokumen Penunjang Wali Kelas dalam Melaksanakan Tugas.
Seorang wali kelas mempunyai hak penuh untuk menyampaian dan membuat kontrak belajar, asal tidak terlalu keluar jauh dari tata tertib sekolah. Sekali lagi, buatlah kontrak belajar semenarik dan seasyik mungkin. Agar siswa merasa nyaman berasa dikelas dan memiliki wali kelas kita 😉.
2. Kenali dengan Baik Masing-masing Siswa
Bukan rahasia lagi, banyak guru yang sering lupa nama siswanya. Maklum, gurunya banyak pikiran 😀. Namanya Doni dipanggil Riko karena ada kemiripan wajah, kemiripan postur tubuh dan lainnya. Apalagi guru yang pertama kali jadi wali kelas dengan siswa baru. Tentu wajar jika saya sering lupa nama masing-masing siswa.
Tiga kali memanggil wali murid, alhamdulillah semuanya lancar meski akhirnya terpaksa satu anak harus mutasi keluar karena tidak kerasan di pesantren. Satu anak melalui pembinaan BK dan satu anak lagi pembinaan BK disertai pemantauan kepala sekolah. Lumayan sibuk memang, selain itu juga membutuhkan fikiran dan tenaga tambahan, namun di luar semua itu ada banyak manfaat yang bisa saya dapatkan dari tugas baru ini. Yang paling terasa manfaatnya adalah belajar untuk mendidik anak sendiri dan berkomunikasi secara baik dan benar kepada wali murid dengan latar belakang yang beragam.
Nah, setelah KBM berjalan sudah satu triwulan dan berdasarkan pengalaman pribadi, menjadi wali kelas itu mudah-mudah sulit 😀. Ya, mudah karena banyak manfaat, sulit karena membutuhkan fikiran dan tenaga ekstra. Tapi berikut ini saya punya tips sederhana bagaimana menjadi wali kelas yang baik, paling tidak baik dimata anak-anak.
1. Terapkan Perjanjian dan Kesepakatan Belajar di Awal
Bersama siswa, perjanjian dan kesepakatan belajar saya beri nama kontrak belajar dan saya sampaikan di awal ketika penentuan ketua kelas, pembagaian jadwal pelajaran, jadwal piket dan kelompok belajar.
Kontrak belajar menjadi penting disampaikan di awal karena siswa bisa memahami hak dan keajibannya sejak dini selama di sekolah, khususnya di kelas. Kontrak belajar dibuat semenarik mungkin, bisa dikemas sendiri bersama siswa.
Sepengalaman saya, saya membuat kesepakatan diluar tata tertib sekolah. Namun, kesepakatan ini adalah demi kebaikan bersama. Seperti, kami sepakat jika siswa tidak masuk sekolah tanpa keterangan selama 2 hari berturut-turut, maka saya akan menyampaikannya kepada orang tua lewat telepon. Pun begitu ketika siswa izin pulang atau sakit lebih dari 3 hari, saya akan mengkonfirmasi hal ini kepada wali murid. Pada hari pertama di kelas, kami banyak mengambil kesepakatan-kesepakatan yang kemudian saya catat dalam Buku Catatan Wali Kelas.
Buku Catatan Wali Kelas ini bisa Anda dapatkan di tulisan saya selanjutnya, Ini Dia Dokumen Penunjang Wali Kelas dalam Melaksanakan Tugas.
Seorang wali kelas mempunyai hak penuh untuk menyampaian dan membuat kontrak belajar, asal tidak terlalu keluar jauh dari tata tertib sekolah. Sekali lagi, buatlah kontrak belajar semenarik dan seasyik mungkin. Agar siswa merasa nyaman berasa dikelas dan memiliki wali kelas kita 😉.
2. Kenali dengan Baik Masing-masing Siswa
Bukan rahasia lagi, banyak guru yang sering lupa nama siswanya. Maklum, gurunya banyak pikiran 😀. Namanya Doni dipanggil Riko karena ada kemiripan wajah, kemiripan postur tubuh dan lainnya. Apalagi guru yang pertama kali jadi wali kelas dengan siswa baru. Tentu wajar jika saya sering lupa nama masing-masing siswa.
Saya juga sudah membuat video untuk tulisan ini. Silahkan bisa disimak pada video berikut:
Namun, karena tugas wali kelas cukup banyak untuk menangani siswanya, maka hal ini harus diminimalisir. Seorang wali kelas paling tidak harus tahu dan kenal kepada masing-masing siswanya. Jika tidak hafal nama, paling tidak hafal wajah.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah membuat buku blanko data lengkap siswa. Mulai dari nama, alamat, nama orang tua, nomor hp dan yang pasti foto. Biar tidak salah orang, hehe. Dengan cara ini dijamin seorang wali kelas bisa mengenal siswa-siswanya.
3. Curhat ke Wali Kelas, yuk!
Setiap hari Rabu jam ke 5-6 saya memiliki jam mengajar dikelas saya sendiri. Proses KBM yang saya lakukan tidak ada yang berbeda dengan kelas-kelas lainnya. Saya menyampaikan materi seperti biasa. Hanya 15 menit sebelum jam pelajaran habis sampai 15 menit waktu istirahat saya menggunakannya untuk sesi curhat bersama anak-anak.
Dalam sesi curhat ini semua masalah saya bahas. Mulai dari pembayaran Biaya Pendidikan Santri (BPS), masalah siswa dengan guru, siswa dengan siswa, hingga masalah pribadi siswa. Intinya pada sesi ini benar-benar adalah sesi kami, saya dan seluruh siswa. Apapun silahkan disampaikan. Jika saya mampu menjawab, maka akan saya jawab. Jika tidak, biasanya saya catat dan saya bawa pada rapat wali kelas yang dilaksanakan oleh BK setiap satu bulan sekali.
Sesekali ada siswa yang menyampaikan masalahnya secara pribadi. Namun jika masalahnya benar-benar pribadi dan bersifat privasi, saya biasanya mengajak siswa yang bersangkutan ke kantor BK. Dikantor BK suasananya lebih nyaman dan rileks. Apalagi sudah tersedia konselor yang siap menyelesaikan masalah.
Dengan adanya sesi Curhat ke Wali Kelas ini saya sangat terbantu sekali. Saya jadi banyak tahu apa saja masalah anak-anak, orang tua, teman kamar dan semuanya.
4. Selalu Jaga Privasi Siswa
Ada kalanya seorang wali kelas harus menjadi juru kunci dari semua masalah siswa-siswanya. Baik masalah yang bersifat pribadi dan masalah lainnya. Tidak seyogyanya wali kelas membicarakan masalah siswa pada forum yang tidak jelas.
Intinya, siswa-siswa saya sama dengan anak sendiri. Jadi masalah mereka juga masalah saya. Jika masalah itu penting dibahas pada sebuah forum, ya saya bahas. Jika tidak, rasanya sangat tidak perlu untuk membahasnya.
Selain menjadi juru kunci, wali kelas juga memiliki tugas untuk mencari solusi dan memecahkan masalah. Jika tidak bisa dipecahkan sendiri, bisa dikonsultasikan kepada kepala sekolah atau pihak yang dianggap bisa mencarikan solusi.
5. Kunjungan ke Rumah atau Memanggil Orang Tua ke Sekolah
Sejatinya, langkah ini hanya saya lakukan jika ada siswa yang bermasalah. Beberapa kali saya sudah melakukannya, sekali mengunjungi kerumah karena siswa sakit sangat lama dan 3 kali memanggil orang tua ke sekolah karena siswa jarang masuk.
Langkah ini bermanfaat banget, lho! Bisa bersilaturrahim, mengenal banyak orang dari berbagai latar belakang dan yang pasti turut serta membantu menangani perkembangan seorang siswa dengan bersama-sama mencarikan solusi. Selain itu, kunjungan ke rumah atau pemanggilan orang tua ke sekolah juga tidak melulu karena ada masalah. Bisa saja lagkah ini bisa kita jadikan media untuk lain hal ketika anak yang bersangkutan sudah bukan lagi menjadi tanggungan kita sebagai wali kelas. Sebagai relasi bisnis misalnya 😆.
6. Menjadi Pendamping yang Selalu Ada
Selain 5 poin di atas, 1 poin terakhir ini juga penting dilakukan oleh wali kelas. Sekolah biasanya mengadakan kegiatan yang sifatnya kompetisi. Misalnya, peringatan hari pahlawan yang dirayakan dengan kegiatan lomba dan permainan. Sebagai wali kelas yang baik, hendaknya mendampingi ketika siswanya mengikuti kegiatan tersebut.
Dengan melakukan pendampingan pada semua kegiatan yang diadakan sekolah, akan menunjukkan kepada siswa bahwa kita sebagai wali kelas sangat peduli dan perhatian kepada mereka. Jika menang dalam suatu kompetisi berikan penghargaan. Jika belum beruntung jangan jadikan hinaan atau masalah.
Intinya, buktikan bahwa kita wali kelas yang sangat memperhatikan mereka dalam segala hal!
Menjadi wakil dari orang tua siswa memang tidak mudah. Namun juga tidak begitu sulit. Semoga saja pengalaman ini bisa menjadi bacaan untuk pengajar-pengajar yang akan mengemban tugas sebagai wali kelas.
Tips di atas bersifat pribadi, pengalaman yang pernah saya lakukan dan alami. Pastinya ada banyak tips-tips lainnya yang lebih bagus. Monggo, sharing bersama.
Salam bahagia dari SMP Nurul Jadid Paiton..
Jadi wali kelas rasanya nano2 ya mas. Alhamdulillah sy sudah menerapkan 6 tips di atas
BalasHapuswah sdh bertahun2 jd wali kelas dan terus belajar agar lebih baik lagi
BalasHapussaya wali murid bukan guru. Walas anak saya juga Bapak Guru. Beliau membentuk grup WA untuk OTM(tapi beliau tidak ikut di grup. Menunjuk koordinator kelas juga sebagai adminnya. Lewat korlas beliau infokan apa yang perlu berkaitan dengan kelas. Jadi korlas yang share ke grup. Dan, ini efektif untuk penyampaian info dll
BalasHapusWalaupun bukanlah seorang Guru Permanent, tapi guru dengan identitas volunteer, perlu juga koq menerapkan tips yang disebutkan di atas itu. Terima kasih tipsnya.
BalasHapusJd inget guru2ku yg dulu :) .. Ga semua poin di atas diterapkan sih.. No 1, bikin kontrak gitu g pernah ada kalo wali kelasku.
BalasHapusNah kalo poin no2, kayaknya semua guru pasti inget nama2 murid semua, krn kelasku dr dulu selalu dibatasin maksimal 15 anak. Biar guru ngajarnya jg lbh fokus :) . Jadi mau ga mau semua guru pasti inget nama murid.
Menjadi wali kelas punya tanggung jawab lebih ketimbang guru yang lainnnya. Apalagi harus memposisikan menjadi orang tua kedua bagi anak-anak...
BalasHapusTerimakasih tipsnya , jadi makin semangat dan makin siap buat menerima tanggung jawab sebagai wali kelas.
BalasHapusKalau di tingkat SD yang jadi wali grur kelasnya, mengajarkan semua mata pelajaran diluar PJOK dan PAI.
BalasHapusBlog yang sangat bagus dan saya langsung jatuh hati terhadap konten-konten di blog ini. Semangat terus dan terimakasih telah berbagi. Tips-tipsnya saya tertarik. Salam Ipung dari Garut.
BalasHapus