Membesarkan anak-anak dengan penuh cinta dan kasih sayang merupakan proses pendewasaan diri sebagai orang tua bagi kami. Terlebih saat kami dianugerahi anak kedua yang saat ini telah menginjak usia dua Tahun. Masa-masa merawatnya sungguh penuh dengan proses yang sangat berbeda dengan kakaknya yang saat ini telah berusia tujuh tahun. Bukan maksud membandingkan, tetapi sebagai cara kami untuk mengingatnya kembali kelak di lain hari, bahwa keduanya telah kami rawat dengan proses yang berbeda namun selalu penuh cinta dan kasih sayang.
Nurma, anak kami yang pertama sejak lahir hingga usianya menginjak dua tahun semuanya berjalan seperti pada umumnya. Sejak usia empat bulan, karena uminya harus bekerja di luar rumah, dia sudah tidak suka dengan ASI (Air Susu Ibu), melainkan lebih suka susu formula. Faktor utama yang mempengaruhinya mungkin karena dia lebih sering diberi susu formula, sehingga merasa asing dengan ASI-nya. Hal ini masih kita anggap wajar, terlebih bagi uminya yang ketika ada acara di luar bisa dengan mudah untuk meninggalkannya di rumah bersama saya atau bersama neneknya.
Begitu juga dalam hal tumbuh kembangnya, semua berjalan normal. Gizi terpenuhi dengan baik, berat dan tinggi badan ideal, makanan apa saja bisa dimakan, bicaranya juga bagus dan semua perkembangannya saat dibawa ke posyandu mendapatkan catatan baik. Yang saya ingat hanya proses belajar berjalannya saja yang dianggap lambat tetapi masih dalam kategori bagus.
Berbeda dengan adiknya, Faida. Saat ini di usianya yang sudah masuk dua tahun terdapat beberapa perbedaan yang sangat signifikan dengan kakaknya. Mulai dari tidak suka susu formula, hal ini bagus karena dia lebih suka ASI, tetapi anehnya ketika tiba waktunya untuk diberikan MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) malah tidak mau sama sekali. Sampai-sampai kami harus melakukan berbagai cara karena perkembangan berat dan tinggi badannya jauh dari ideal. Saat posyandu, kader dan bidan desa heran karena berat badannya jarang naik bahkan beberapa kali turun.
Kami yang membersamai setiap hari dibuat bingung, tidak tahu dengan cara apalagi agar Faida mau makan makanan yang kami berikan. Semua saran dan rekomendasi yang kami dapat sudah kami lakukan. Dari bidan, kader posyandu, saudara, tetangga bahkan beberapa informasi dari internet. Namun hasilnya tetap, Faida masih tidak mau makan. Akibatnya, berat dan tinggi badan tidak ideal, gizi sangat jauh dari kata terpenuhi, perkembangan motoriknya lambat, di usianya yang hampir dua tahun belum bisa berdiri sendiri apalagi berjalan.
Dua kali telah kami bawa ke ahli gizi, di puskesmas dan klinik. Hasilnya? Masih sama, Faida belum mau makan dengan jumlah yang tepat. Tetapi kami tidak pernah bosan apalagi putus asa. Kami terus berusaha agar tumbuh kembang Faida bisa berjalan normal sama seperti kakaknya. Kami pernah membawanya konsultasi ke dokters spesialis anak atas rekomendasi ahli gizi. Kami mendapat banyak sekali pencerahan setelah proses konsultasi tersebut, terlebih tambahan semangat untuk terus merawat dan membesarkannya dengan penuh cinta dan kasih sayang. Sepulangnya, kami diberi suplemen makanan. Hasilnya lumayan, Faida sudah mau makan dengan jumlah yang tepat. Tetapi saat suplemennya habis, maka habis juga nafsu makannya. Dua kali kami harus membelinya kembali, namun hasilnya masih sama, saat suplemennya habis, habis juga nafsu makannya.
Apa kami putus asa? Tidak! Tetapi kalau capek iya. Terutama uminya yang hampir setiap saat harus ada disamping Faida dengan ASI-nya. Bahkan untuk makan dan mandi-pun sulit dia lakukan. Apalagi saat malam hari, hampir setiap malam kami harus begadang karena Faida tantrum, menangis sejadi-jadinya tengah malam. Nangisnya akan selesai jika sudah capek sendiri dan haus yang akhirnya harus kembali ke ASI lagi.
Kami yakin, dia nangis dan tantrum karena lapar, tetapi mau bagaimana lagi, lha wong tidak mau makan. Akhirnya yang menjadi korban adalah uminya yang harus tidak bisa tidur dengan nyenyak. Semalaman akan tidur posisi miring karena harus memberikan ASI.
Ada yang bilang kami lebay. Resiko jadi orang tua ya begitu, harus mau capek, katanya. Kami terima anggapan itu. Mungkin yang bilang belum mengalami apa yang kami alami. Dan ini hanya terjadi pada anak kedua kami.
Akhirnya, Kebahagiaan Itu Datang!
Akhir Oktober lalu usia Faida genap dua tahun, dimana pada usia ini memasuki fase sapih, berhenti minum ASI. Saran dari bidan agar segera dieksusi untuk disapih, karena kebanyakan anak yang sudah masuk masa disapih akan doyan makan. Saat itu kami belum siap, benar-benar belum siap. Kami diskusi sana-sini, minta saran kepada banyak orang untuk memantapkan diri sebelum masa menyapih kami mulai.
Satu bulan kami berusaha memantapkan diri dan melakukan beberapa persiapan sebelum yakin masuk masa menyapih. Akhir bulan November akhirnya kami mulai masa menyapih. Prosesnya, luar biasa memakan perasaan. Sehari dua hari, luar biasa perjuangan yang kami lakukan agar Faida bisa lupa ke ASI-nya. Apapun kami lakukan demi suksesnya masa menyapih ini. Sampai harus berkeliling naik motor dini hari untuk menenangkan tantrumnya karena minta mimik. Apapun yang dimintanya kami penuhi, makan es krim bisa tiga sampai empat kali sehari. Tidur malam hari di teras rumah juga kami lakukan.
Seminggu berjalan, alhamdulillah sudah mulai terkendali emosinya, sudah mulai lupa pada ASI-nya. Namun nafsu dan kualitas makannya masih sama, belum ada perubahan signifikan. Meskipun sudah mulai mau makan camilan. Saat itu, kami coba timbang berat badannya, turun lumayan banyak. Mungkin karena efek sudah tidak minum ASI. Proses menyapih kami lanjutkan dengan bermacam dramanya, alhamdulillah di hari ke dua belas sudah mulai menunjukkan perkembangan yang lumayan bagus. Faida sudah benar-benar lupa ke ASI-nya dan sudah mulai mau makan nasi dengan jumlah yang lumayan banyak.
Masalah Menyapih Selesai, Datang Masalah Lainnya
Setelah satu bulan proses menyapih sukses, jumlah dan kualitas makan Faida sudah mulai bagus, berat badan terakhir saat ditimbang sudah ada kenaikan yang cukup banyak, setengah kilogram dalam kurun waktu satu bulan. Namun ternyata masalah baru datang. Faida hanya mau makan nasi yang hangat, sementara kami di rumah sudah lama makan nasi yang tidak hangat.
Hal ini karena penanak nasi listrik (rice cooker) yang kami punya di rumah sudah lama, kinerjanya menurun. Pemanasnya tidak bekerja dengan baik. Jika nasi yang sudah matang tetap ditaruh dalam rice cooker dan masih tersambung listrik maka nasinya akan basah dan cepat basi.
Kami punya penghangat nasi, diberi ibu mertua yang dibeli sebelum kami menikah. Namun karena usianya yang sudah cukup tua, kinerjanya sudah mulai menurun. Wajar sih, sudah sembilan tahun lebih dan dipakai setiap hari. Akhirnya, kami mulai terbiasa makan nasi yang tidak hangat, tetapi berbeda dengan Faida. Dia lebih suka nasi yang hangat, jumlah nasi yang dimakan pasti lebih banyak jika menggunakan nasi hangat. Agar kualitas makannya tetap bagus, sementara belum ada rice cooker atau penghangat nasi yang baru akhirnya istri menyiasati dengan hanya menaruh nasi untuk Faida di penghangat nasi. Lumayan masih bisa menghangatkan jika jumlahnya sedikit.
Bismillah, Rice Cooker Miyako MCM-586 BH Persembahan Ibu untuk Si Kecil Kesayangan
Untuk dapat terus men-support tumbuh kembang Faida yang jauh dari kata normal, maka kami harus melakukan berbagai cara agar semuanya bisa berjalan baik, fokus kami selanjutnya adalah mengejar ketertinggalan berat badan yang cukup banyak. Berat badan bisa naik karena asupan gizi dan makanannya berkualitas baik. Kualitas makanan yang baik, bisa didapatkan dari alat masak yang baik. Untuk mewujudkannya, kami akan mengganti rice cooker dengan yang baru. Hasil dari riset, kami putuskan untuk memilih Rice Cooker Miyako MCM-586 BH.
Mengapa Miyako? Tentu ini adalah pilihan istri, sebagai ibu yang sangat mengerti tentang menterjemahkan bahasa cinta ibu dalam merawat dan membesarkan anak-anaknya. Miyako adalah produk rumah tangga pilihan istri, apalagi dalam hal pemenuhan gizi si kecil. Terbukti, penghangat nasi yang diberi ibu mertua sebelum kami menikah dan masih dipakai sampai sekarang adalah Miyako.
Rice Cooker Lulus Uji Food Grade dan Bersertifikasi Bebas dari Zat Kimia Berbahaya
Rice Cooker Miyako MCM-586 BH menjadi pilihan istri bukan tanpa alasan, melainkan karena rice cooker ini memiliki beberapa keunggulan dan fitur yang sangat bagus. Yang paling utama menjadi pertimbangannya adalah karena Rice Cooker Miyako MCM-586 BH ini memiliki Panci Nanoal Berlian Hitam yang sudah lulus uji food grade serta bersertifikat bebas dari zat kimia asam perfluorooctanoic (PFOA) berbahaya. Membuat nasi aman untuk dikonsumsi bagi tubuh. Tentunya ini akan sangat membantu menjaga agar asupan gizi yang diterima Faida jauh lebih berkualitas.
Nasi Tetap Hangat, Tidak Kering dan Tidak Mudah Basi dengan Thermostat System
Selain food grade dan aman dari zat kimia berbahaya, pertimbangan utama lainnya adalah karena Miyako Nanoal ini memiliki fungsi 3 in 1 yang sangat praktis digunakan untuk tiga aktivitas ibu di rumah yaitu memasak, menghangatkan dan mengukus. Yang sangat bermanfaat bagi kami adalah fitur Thermostat System yang selalu bekerja dalam menjaga nasi tetap hangat, tidak kering dan tidak mudah basi. Di bagian atas-nya pun dilengkapi dengan Magic Tonjolan sebagai pengatur sirkulasi saat memasak dan menghangatkan. Membuat nasi tetap enak dan pulen setiap saat. Sangat cocok untuk Faida yang sangat suka makan nasi hangat.
Anti Lengket 10x Lebih Tahan Lama, Lebih Tebal dan Dilapisi Double Coating
Masih soal Panci Nanoal Berlian Hitam Miyako dimana anti lengketnya 10x lebih tahan lama, lebih tebal dengan ketebalan 1.4 mm, serta dilapisi Double Coating pada permukaan dalam dan luar panci. Sehingga tampilan panci lebih mewah dan elegan. Panci Nanoal Berlian Hitam Miyako juga diproses dengan teknologi etching. Membuat lapisan anti lengket-nya meresap ke dalam pori-pori aluminium, menjadikan anti lengket-nya lebih awet dan tahan lama, memberikan permukaan yang lebih halus, dan lebih mudah dibersihkan.
Satu Sentuhan Lembut untuk Membuka Tutupnya
Fitur menarik lainnya dari Rice Cooker Miyako MCM-586 BH ini adalah Soft Touch Opening untuk memudahkan buka tutup rice cooker dengan satu sentuhan lembut. Berbeda sekali dengan rice cooker yang kami pakai selama ini, untuk membukanya butuh effort yang lebih, hehe. Selain itu, rice cooker ini juga telah dibalut dengan body anti karat dan anti penyok berwarna spesial “Baby Pink” yang menawan. Sementara untuk kapasitasnya, Rice Cooker Miyako MCM-586 BH mempunyai kapasitas hingga 1.8 liter beras dan menghangatkan 5 liter nasi. Sehingga mampu menyajikan hingga 15 porsi nasi (dengan takaran 200 gram per porsi). Sangat pas dengan kebutuhan kami untuk memenuhi urusan per-nasi-an dalam sehari.
Garansi Elemen Pemanasnya, 5 Tahun Dong!!
Salah satu komponen penting dalam rice cooker adalah elemen pemanas. Jika elemen pemanas rusak, maka rice cooker tidak dapat beroperasi sesuai fungsi-nya. Semua Rice Cooker Miyako termasuk MCM-586 BH telah dilengkapi dengan Garansi Elemen Pemanas selama 5 tahun dan telah lulus uji SNI, sehingga terjamin keamanan dan kualitas-nya. Jadi kami tidak perlu khawatir, kalaupun nanti ada masalah dengan elemen pemanasnya masih bisa klaim garansi.
Nikita Willy Pilih dan Pakai Rice Cooker Miyako MCM-586 BH
Nikita Willya, siapa yang tidak kenal artis dan seorang ibu muda ini. Dengan kegiatannya yang padat, dia masih tetap memasak dan menyiapkan sarapan untuk keluarganya. Dia lebih memilih produk buatan Indonesia untuk mengekspresikan bahasa cinta untuk keluarga. Menurut saya, wajar banget jika Nikita Willy Pakai Miyako dan menginginkan yang terbaik untuk keluarganya, terlebih soal makanan sehat dan enak. Rice Cooker Miyako memang tepat dijadikan teman memasak yang praktis dan menyenangkan.
Hari Ibu dan Mimpi Besarnya untuk Tumbuh Kembang Faida
Tanggal 22 Desember kemarin, saya dibuat terharu oleh tingkah laku Nurma. Uminya malah lebih parah lagi, sampai nangis sesenggukan. Bagaimana tidak, pagi saat bangun tidur dia menghampiri saya seraya berbisik, "yah, sekarang hari ibu. Kita buat kejutan untuk umi, yuk!" Saya jawab, "ayuk!". Eh, tiba-tiba dia mengeluarkan dua lembar kertas yang telah ditulis beberapa ucapan dan gambar plus beberapa makanan kesukaan uminya.
Saya benar-benar terharu, anak seumur dia sudah mulai peduli kepada orang tuanya. Beberapa hari yang lalu saat hari ayah, saya juga dikasih ucapan dan kado yang isinya permen beberapa biji dan snack seribuan. Sungguh, saya bangga atas kepeduliannya itu.
Nah, setelah uminya shalat subuh, dia bergegas ke pangkuan uminya dan minta ditemani saya. "Selamat hari ibu, umi..". Begitu, katanya. Saya simak obrolan mereka berdua yang isinya adalah harapan dan do'a-do'a istimewa. Sempat saya mendengar istri saya bicara, " Kakak harus jadi orang hebat, ya! Jaga dan rawat adiknya dengan baik. Umi ingin kalian berdua tumbuh dan menjadi perempuan yang istimewa. Umi benar-benar titip adik ke kakak, ya! Kakak harus menjadi kakak yang baik untuk Faida". Sepintas saya lihat air mata uminya pecah, nangis sesenggukan diikuti oleh tangisan Nurma yang juga pecah seketika. Saya yang tidak ingin terlihat cengeng, lebih memilih keluar, khawatir malah jadi nangis berjamaah, hehe.
Dari peristiwa ini, saya sadar betul bahwa begitu besarnya rasa cinta seorang ibu pada anaknya, terlebih bagi istri saya yang kebetulan salah satu anaknya tumbuh tidak seperti pada umumnya. Selain itu, saya juga salut pada mental baja seorang ibu dari istri saya. Dia tidak pernah menyerah, apalagi putus asa untuk terus mengawal tumbuh kembang anak-anaknya. "Suatu saat, aku akan melihat Faida akan tumbuh seperti anak pada umumnya, dan kedua anakku akan jadi wanita hebat". Begitu ucapnya, saat ngobrol berdua dengan saya.
Buat para ibu yang sedang berjuang untuk kesuksesan tumbuh kembang dan kehiduoan anaknya, terus semangat, ya! Percayalah bahwa anak adalah hadiah terindah dari Tuhan dan kita tidak akan dijuji oleh-Nya, jika kita tidak mampu menyelesaikannya.
Selamat hari Ibu dan salam bahagia dari kami di Paiton..
-------------------------------------------
Sumber:
https://www.miyako.co.id/product/mcm-586-bh/
https://www.youtube.com/watch?v=PcjeIhZduQM
Rice Cooker Miyako, andalan untuk urusan tanak menanak nasi di rumah. Kualitasnya terjamin, harganya terjangkau. Idaman keluarga Indonesia banget. Sekelas artis pun juga pakai Miyako untuk kebutuhan tanak-menanaknya.
BalasHapusSetelah sekian lama, akhirnya bisa kembali membaca tulisan Kopiah Putih. Sehat selalu, Pak Rosyid dan keluarga.